Friday, May 13, 2016

Evolusi Teistik

Unknown | May 13, 2016 |

Evolusi teistik adalah salah satu dari tiga pandangan dunia yang utama mengenai asal usul kehidupan, yang dua lainnya adalah evolusi ateistik (juga sering disebut evolusi Darwin dan evolusi alamiah) dan penciptaan khusus. Evolusi ateistik mengatakan bahwa tidak ada Allah dan bahwa hidup dapat terjadi sendiri secara alamiah dari bahan-bahan pembangun yang tidak hidup yang sudah ada dan dipengaruhi oleh hukum-hukum alam (seperti gravitasi, dll), meskipun asal usul hukum-hukum alam itu tidak dijelaskan. 


Penciptaan khusus mengatakan bahwa Allah menciptakan hidup secara langsung, baik dari yang tidak ada, maupun dari materi-materi yang sudah ada. Evolusi teistik mengatakan salah satu dari dua hal. Pilihan pertama adalah Allah itu ada, namun Dia tidak terlibat secara langsung dalam asal mula kehidupan. Dia mungkin menciptakan bahan-bahan bangunan yang mendasari, Dia mungkin menciptakan hukum alam, bahkan Dia mungkin menciptakan semua ini untuk pada akhirnya menghasilkan kehidupan, namun pada suatu ketika Dia berhenti dan membiarkan ciptaan-Nya mengambil alih. Dia membiarkan hukum alam berjalan sendiri, apapun yang terjadi, dan pada akhirnya kehidupan muncul dari materi yang tidak hidup. Pandangan ini serupa dengan evolusi ateistik dalam anggapan mengenai asal mula kehidupan secara alamiah.

Alternatif kedua dari evolusi teistik adalah bahwa Allah tidak sekedar melakukan satu atau dua mujizat untuk menghasilkan kehidupan yang ada sekarang. Mujizat-Nya berlangsung terus. Dia menuntun kehidupan langkah demi langkah dari zaman purba yang sederhana ke zaman sekarang yang rumit, serupa dengan pohon kehidupan evolusi Darwin (ikan menurunkan makhluk amfibi yang menurunkan burung dan binatang menyusui, dll). Ketika hidup tidak dapat berkembang secara alamiah (bagaimana anggota gerak reptil dapat berkembang menjadi sayap burung secara alamiah?), Allah campur tangan. Pandangan ini serupa dengan penciptaan khusus dalam anggapan bahwa Allah bertindak secara supranatural sedemikian rupa untuk menghasilkan kehidupan yang kita ketahui sekarang.

Ada berbagai perbedaan antara pandangan penciptaan khusus Alkitabiah dan pandangan evolusi teistik. Perbedaan utama adalah dalam pandangan masing-masing mengenai kematian. Para penganut evolusi teistik cenderung percaya bahwa bumi berumur milyaran tahun dan kolom-kolom geologis yang mengandung catatan-catatan fosil mewakili waktu amat panjang. Karena manusia tidak muncul sampai belakangan sekali dalam catatan fosil, para penganut evolusi teistik percaya bahwa ada banyak makhluk hidup yang hidup dan mati serta punah jauh sebelum hadirnya manusia. Ini berarti kematian sudah ada sebelum adanya Adam dan dosanya.

Penganut penciptaan Alkitabiah percaya bahwa bumi cukup muda dan catatan fosil terjadi pada masa dan sesudah air bah Nuh. Stratifikasi lapisan-lapisan diperkirakan terjadi karena penyusunan hidrologis dan pencairan, keduanya adalah fenomena-fenomena yang diketahui. Hal ini menempatkan catatan fosil dan kematian dan kehancuran besar yang digambarkan itu terjadi ratusan tahun setelah dosa Adam.

Perbedaan penting lainnya antara kedua pendirian itu adalah bagaimana mereka melihat Kejadian. Para penganut evolusi teistik cenderung menerima teori hari-zaman atau teori kerangka kerja, keduanya adalah penafsiran alegoris terhadap minggu penciptaan dalam Kejadian 1. Penganut penciptaan bumi usia muda berpegang pada 24 jam yang harafiah untuk hari dalam Kejadian 1. Dalam pandangan keKristenan kedua pandangan evolusi teistik mengandung kelemahan di mana keduanya tidak sejalan dengan kisah penciptaan dalam Kejadian.

Penganut evolusi teistik membayangkan scenario di mana bintang-bintang berevolusi, kemudian tata surya kita, kemudian bumi, kemudian tumbuhan dan binatang dan pada akhirnya manusia. Kedua pandangan evolusi teistik berbeda pendapat mengenai peranan Allah dalam apa yang terjadi, namun secara umum keduanya sepaham dalam garis waktu Darwinian. Garis waktu ini bertentangan dengan kisah penciptaan Kejadian. Misalnya, Kejadian 1 mengatakan bahwa bumi diciptakan pada hari pertama dan matahari, bulan dan bintang baru diciptakan pada hari keempat. Ada yang berdalih bahwa kata-kata dalam Kejadian menyatakan bahwa matahari, bulan dan bintang-bintang sebenarnya diciptakan pada hari pertama namun tidak dapat terlihat melalui atmosfir bumi sampai pada hari keempat, sehingga mereka baru disebutkan pada hari keempat. Ini terlalu dibuat-buat karena kisah Kejadian cukup jelas bahwa bumi tidak memiliki atmosfir sampai pada hari kedua. Kalau matahari, bulan dan bintang-bintang diciptakan pada hari pertama, mereka akan kelihatan pada hari pertama.

Lagipula, kisah Kejadian dengan jelas menyatakan bahwa burung-burung diciptakan bersama dengan binatang-binatang laut pada hari kelima sementara binatang-binatang di darat baru diciptakan pada hari keenam. Ini bertentangan langsung dengan pandangan Darwinian bahwa burung-burung berevolusi dari binatang-binatang darat. Kisah Alkitabiah mengatakan bahwa burung-burung mendahului binatang-binatang darat. Pandangan evolusi teistik menyatakan sesuatu yang amat bertolak belakang.

Salah satu tren yang paling disayangkan dalam keKristenan ortodoks adalah penafsiran kembali Kejadian untuk mengakomodasi teori-teori evolusioner. Banyak pengajar Alkitab yang terkenal dan para ahli apologetik yang tunduk pada para penganut evolusi dan percaya bahwa menerima penafsiran harafiah Kejadian adalah merugikan kredibilitas orang-orang Kristen. Akibatnya, para penganut evolusi kehilangan rasa hormat terhadap mereka-mereka yang keyakinannya terhadap Alkitab begitu lemah sehingga dengan cepat mereka berkompromi. 

Meskipun jumlah mereka yang betul-betul berpegang pada penciptaan makin menurun di kalangan akademisi, beberapa organisasi yang setia, seperti Answers in Genesis, Creation Research Society dan Institute for Creation Research telah mengokohkan bahwa Alkitab bukan saja sejalan dengan sains sejati, namun juga meneguhkan bahwa tidak ada satu katapun dalam Alkitab yang dibuktikan salah oleh ilmu pengetahuan sejati. Alkitab adalah Firman Allah yang hidup, diberikan kepada kita oleh sang Pencipta alam semesta, dan gambaran-Nya mengenai alam semesta tidak sesuai dengan teori evolusi, bahkan dengan pemahaman “teistik” mengenai evolusi.


Sumber:
Baca lebih lanjut:

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

Search

Pages

Powered by Blogger.

Translate

Search This Blog