Friday, July 3, 2015

Memilih Manajer Investasi Pengelola Reksa Dana

Unknown | July 03, 2015 |
Investasi di reksa dana menawarkan beberapa keuntungan, di antaranya memungkinkan investasi dengan modal kecil, memberikan diversifikasi portofolio sehingga memberikan kemungkinan untuk mendapatkan tingkat pengembalian yang cukup dengan tingkat resiko yang terukur dan dikelola oleh manager investasi profesional. Dan masih ada lagi beberapa keuntungan lainnya. Dalam memilih jenis reksa dana, calon investor wajib memperhatikan tingkat toleransinya terhadap resiko. Hal ini sangat penting, karena dalam berinvestasi tentunya investor menginginkan ketenangan. Selain itu tujuan serta jangka waktu investasi juga berperan dalam menentukan jenis reksa dana yang dipilih.



Di samping semua hal yang telah disebutkan di atas, pilihan reksa dana juga dipengaruhi oleh manajer investasi yang mengelola reksa dana – hal ini penting karena investor tentunya ingin investasinya benar-benar berkembang sesuai dengan keinginannya. Berbeda manajer investasi, berbeda pula kinerja reksa dananya, meskipun jenis reksa dananya sama. Sebagai contoh, bila investor ditawarkan dua reksa dana dengan jenis sama, misalnya reksa dana saham, maka tingkat pengembalian keduanya belum tentu akan sama karena semua investasi yang dilakukan sangat bergantung oleh manajer investasinya.



Keputusan investasi sering merupakan hal yang tidak mudah karena menyangkut masa depan dan gaya hidup. Jika salah, terkadang akibat yang harus ditanggung tidaklah ringan, seperti hilangnya tabungan, menurunnya gaya hidup, bahkan sampai gangguan kejiwaan. Oleh karena itu, sebelum berinvestasi di reksa dana ada baiknya calon investor menelaah dengan cermat manajer investasi (MI) yang mengelola reksa dana tersebut. Dalam tulisan kali ini penulis mencoba memberikan gambaran mengenai apa saja hal-hal yang perlu diperhatikan oleh calon investor dalam memilih manajer investasi pengelola reksa dana.



Berikut adalah faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan calon investor dalam memilih MI:



1. Perizinan MIUntuk memastikan apakah MI sudah mengantongi izin dari Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK), tidak ada salahnya calon investor mengecek situs Bapepam-LK di www.bapepam.go.id. Dalam situs ini dapat digali berbagai macam informasi, mulai dari peraturan pasar modal sampai perusahaan yang dibekukan izin usahanya.



2. Pengalaman MITidak ada salahnya calon investor memeriksa kualitas manajer investasi. Cek latar belakang kepemilikan dan manajemen perusahaan yang bersangkutan, serta jam terbang dan tingkat pengalaman dari para pengelola dana (fund manager) di perusahaan tersebut. Ketahui berapa lama perusahaan MI sudah berdiri dan apa saja kegiatan bisnisnya. Biasanya informasi ini tercantum dalam
satu bab tersendiri dalam prospektus reksa dana, termasuk informasi tentang kapan perusahaan didirikan, perubahan-perubahan terhadap anggaran dasarnya, susunan direksi dan komisaris, pengalaman MI, serta pihak yang terafiliasi dengan MI (kalau ada). Selain itu, perhatikan pula track record perusahaan: berapa lama perusahaan tersebut telah menjalankan bisnis reksa dana di Indonesia atau di luar Indonesia? Semakin lama semakin baik, tentunya juga dengan kinerja yang baik dalam kurun waktu yang lama karena hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut mempunyai manajemen dan sistem yang baik. Staf suatu perusahaan mungkin berganti-ganti, termasuk staf bagian investasi. Jadi, jika dana Anda diinvestasikan dalam suatu reksa dana dalam kurun waktu yang agak panjang, kemungkinan dikelola oleh orang yang berbeda-beda. Namun jika manajemen dan sistemnya baik, perusahaan tersebut tetap bisa mempertahankan kinerjanya secara konsisten.




3. Kekuatan finansial dan dukungan grup perusahaanHal ini perlu untuk meyakinkan calon investor bahwa MI yang akan dipilihnya akan berumur panjang. Semakin besar dukungan dan komitmen grupnya semakin baik prospek kelangsungan bisnis sang MI. Jika MI memiliki kondisi finansial yang kuat dan sehat, Anda akan yakin terhadap kelangsungan reksa dana kelolaannya, apalagi jika Anda memunyai tujuan investasi jangka panjang. Karena anda tidak mau ada masalah di tengah perjalanan investasi, maka anda perlu melihat dari sisi besarnya perusahaan: apakah perusahaan tersebut merupakan bagian dari suatu grup perusahaan yang kuat dan sehat? Jangan sampai, jika ada masalah di grup perusahaan tersebut, bisnis reksa dananya juga ikut terganggu.



4. Kinerja historis MIWalaupun kinerja masa lampau tidak bisa dijadikan patokan untuk meramalkan kinerja masa mendatang, calon investor bisa melihat kemampuan MI mengelola reksa dana dari kinerja historis reksa dana yang dikelolanya. Perhatikan bagaimana hasil kinerja jangka panjang, tingkat konsistensi, filosofi investasi yang diadopsi, serta jumlah aset yang dihimpun dan dikelola. Selain mampu membentuk portofolio yang terdiversifikasi dengan baik dan memberikan imbal hasil yang mengalahkan imbal hasil tolok ukurnya, manajer investasi yang handal juga mampu menjaga konsistensi kinerjanya. Dalam melihat kinerja historis, calon investor tidak boleh hanya terpaku pada imbal hasil; ia juga perlu mempertimbangkan risiko. Untuk mengukur risiko ini calon investor bisa memperhatikan fluktuasi keuntungan reksa dana: jika fluktuasinya tinggi, artinya risikonya juga tinggi. Sebaliknya jika fluktuasinya kecil, atau kinerjanya cenderung stabil, berarti risikonya rendah.



5. Gaya investasi MIKetika memilih MI, tidak sedikit calon investor yang cenderung mencari MI yang bisa memberikan imbal hasil tertinggi. Padahal, investor juga perlu mengenal gaya investasi MI tersebut karena siapa tahu, imbal hasil yang tinggi itu diperoleh dengan gaya investasi yang terlalu berani alias berisiko tinggi. Dengan mengetahui gaya investasi MI, calon investor kemudian dapat menimbang apakah gaya tersebut sesuai dengan tujuan investasi serta profil resiko pribadinya.



Gaya investasi MI dapat dipelajari dari isi portofolio yang dilaporkan dalam laporan keuangan reksa dana yang tercantum dalam prospektus. Yang patut diperhatikan adalah jenis obligasi atau saham yang ada di dalam portofolionya. Obligasi korporasi, misalnya, memang memiliki potensi imbal hasil yang lebih tinggi dari obligasi pemerintah (SUN) karena bunga kupon yang ditawarkan memang lebih tinggi. Tapi di lain sisi obligasi korporasi biasanya lebih tidak likuid dibandingkan dengan SUN, sehingga jika MI banyak memiliki obligasi korporasi dalam portofolio reksa dananya maka jika terjadi penjualan kembali (redemption) besar-besaran, tidak tertutup kemungkinan MI dapat mengalami kesulitan menjual obligasi korporasi tersebut sehingga berujung dengan kegagalan MI melunasi redemption. Lebih lanjut, calon investor juga bisa melihat apakah lebih banyak obligasi atau saham perusahaan-perusahaan kecil namun tingkat pertumbuhannya cukup besar, atau lebih banyak saham atau obligasi perusahaan mapan dengan pertumbuhan lebih pelan. Calon investor juga bisa melihat apakah portofolionya terdiri dari saham atau obligasi perusahaan di sektor tertentu atau merata di semua sektor.



6. Dana kelolaan MI

Ibarat mesin produksi yang bisa menghasilkan barang lebih murah bila jumlah yang diproduksi bertambah banyak, dalam bisnis jasa pengelolaan aset juga berlaku norma economies of scale: makin besar aset yang dikelola manajer investasi, makin efisien pengelolaan dananya dan potensi imbal hasilnya juga makin baik. Mengapa demikian? Karena makin besar aset, makin kuat posisi tawar MI untuk mendapatkan harga lebih baik saat bertransaksi, menekan biaya transaksi (contohnya komisi pialang biasanya makin kecil seiring dengan makin besarnya nilai transaksi) khususnya untuk instrumen pasar uang dan pendapatan tetap.



7. Nasabah yang sudah berinvestasi di MI

Bisnis MI adalah bisnis kepercayaan, sehingga jumlah nasabah bisa menjadi indikator tingkat kepercayaan terhadap sang MI. Selain mengelola reksa dana, banyak MI yang juga mengelola portofolio nasabah secara terpisah (discretionary fund). Nasabah discretionary fund umumnya merupakan nasabah besar seperti dana pensiun atau perusahaan asuransi – institusi apa saja yang telah memberikan mandat kepada MI untuk mengelola dananya juga bisa mengindikasikan reputasi MI.


8. Struktur biaya

Dalam prospektus reksa dana ada bab khusus yang memuat uraian tentang alokasi biaya dan imbalan jasa reksa dana. Alokasi biaya ini biasanya terbagi dalam 3 kelompok:

a. Biaya yang menjadi beban reksa dana

b. Biaya yang menjadi beban MI

c. Biaya yang menjadi beban pemegang unit penyertaan.

Dalam hal ini yang relevan untuk dipertimbangkan adalah biaya yang menjadi beban reksa dana karena komponen biaya ini menjadi pengurang dalam perhitungan Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksa dana, sehingga mempengaruhi potensi imbal hasil reksa dana.

Untuk biaya yang menjadi beban pemegang unit penyertaan, perhatikan berapa besar biaya pembelian (subscription) dan biaya penjualan kembali (redemption). Selama di prospektus hanya tercantum maksimumnya, maka investor masih bisa menegosiasikan kedua biaya ini – biasanya untuk nasabah institusi biayanya bisa ditekan mengingat besarnya jumlah dana yang diinvestasikan. Untuk biaya penjualan kembali beberapa MI malah membebaskan investor dari biaya ini jika investor sudah berinvestasi lebih dari kurun waktu tertentu.

9. Kualitas layanan MI

Bagi MI yang melayani investor ritel secara langsung, calon investor juga bisa mencari informasi mengenai kualitas layanan sang MI, misalnya bagaimana MI merespon kebutuhan investor, seberapa cepat dan akurat layanan MI, dan lain sebagainya. Bagi nasabah institusi, kebanyakan MI memiliki divisi institutional sales yang melayani nasabah institusi secara langsung. Dalam hal ini kualitas layanan bisa dilihat dari (1) kualitas informasi dan (2) kualitas layanan nasabah (client service).

Dalam hal kualitas informasi, periksa juga kualitas informasi yang diberikan oleh manajer investasi, dalam hal ketepatan, kemutakhiran, serta kelengkapan informasi.



Sedangkan dalam hal layanan nasabah, perhatikan apakah mereka memberikemudahan berinteraksi, berdiskusi, serta langkah-langkah apa saja yang diambil dalam menangani masalah.



7P Dalam Proses Seleksi Manajer Investasi



Secara ringkas, ada 7 faktor (7 P) yang perlu diperhatikan calon investor dalam proses seleksi manajer investasi:

  • People

Ini adalah faktor sumber daya manusia. Dalam hal ini calon investor bisa mengevaluasi struktur internal organisasi, keadaan birokrasi dan turn over rate karyawan MI.

  • Process

Calon nasabah institusi bisa mengajukan kepada pertanyaan kepada manajer investasi untuk menggambarkan proses investasi harian dan mingguan. Apakah manajer mempunyai wewenang mengarahkan proses? Ketidakjelasan proses dalam mencari peluang investasi dapat memperkecil kemungkinan manajer investasi memberikan imbal hasil yang baik secara konsisten. 




  • Philosophy
Apakah manajer investasi memiliki filosofi investasi yang jelas, masuk akal dan konsisten dengan produk yang dipasarkannya?

  • Product

Apakah produk-produk yang ditawarkan sesuai dengan yang calon investor butuhkan dan benar-benar sesuai dengan yang dijalankan? Bagi nasabah institusi, penting untuk menemukan MI yang melakukan consultative selling, yaitu berusaha memberikan solusi yang memenuhi kebutuhan investasi sang nasabah, bukan melulu menjual produk.

  • Progress

Bagaimana perkembangan perusahaan MI sebagai suatu bisnis? Dalam hal ini perhatikan perkembangan bisnis dari segi jumlah dana kelolaan, revenue serta profitabilitas.

  • Price

Total biaya yang dikenakan kepada investor seperti management fee, redemptionfee, dan lain-lain harus dapat dijustifikasi dalam bentuk imbal hasil yang diberikan. Misalnya jika total biaya yang dibayarkan ke MI sebanyak 2% maka return yang diberikan sebaiknya lebih dari 2%.



source: http://www.lspdp.or.id/

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

Search

Pages

Powered by Blogger.

Translate

Search This Blog